Home » » Sejarah BATAK berdasarkan Penelitian Cerita atau Mitos

Sejarah BATAK berdasarkan Penelitian Cerita atau Mitos

Written By : Unknown
Updated by : Pomparan at 19.21


Jika kita berbicara mengenai sejarah Batak, cukup banyak literatur-literatur dan artikel-artikel yang akan kita temui mengenai hal tersebut, sementara dikalangan Orang Batak sendiri, cukup banyak cerita-cerita yang secara turun temurun diwariskan kepada keturunannya mengenai asal-usul Batak itu sendiri. Oleh karena itu tulisan mengenai sejarah ini akan dibagi kedalam dua bagian, sejarah berdasarkan penelitian ataupun bukti-bukti sejarah di masa lampau, kemudian sejarah berdasarkan cerita ataupun mitos yang diwariskan secara turun-temurun kepada Orang Batak.

1. Sejarah Berdasarkan Penelitian
Berbicara mengenai sejarah Orang Batak, kita mengenal istilah nenek moyang. Nenek moyang Orang Batak disebut sebagai Raja Batak, pertanyaan yang timbul adalah, dari mana asal Si Raja Batak tersebut dan dari mana asal kata "Batak" itu sendiri?

Raja Batak

Istilah atau sebutan Raja Batak sebagai Nenek Moyang Orang Batak bukanlah karena Ia seorang Raja, istilah ini disematkan sebagai penghormatan kepada leluhur, karena memang belum pernah ada bukti sejarah yang ditemukan mengenai adanya suatu kerajaan yang disebut Kerajaan Batak, hal ini diikuti pula dengan pemberian gelar Raja untuk leluhur masing-masing di tiap Marga.
Megenai asalnya sendiri, cukup banyak pendapat-pendapat dan teori yang menyebutkan mengenai asal dari si Raja Batak tersebut. Berdasarkan kutipan dari artikel yang dimuat oleh surat kabar Suara Pembaruan pada tanggal 29 Januari 2005, Si Raja Batak diperkirakan hidup pada awal abad ke-13 (sekitar tahun 1200 Masehi). Ia diperkirakan adalah seorang pejabat di sebuah kerajaan yang berada di timur Danau Toba (Simalungun sekarang), informasi ini didapat berdasarkan sebuah prasasti yang ditemukan di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India), dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang Tamil di Barus.

Pada tahun 1275, Majapahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1400, kerajaan Nakur berkuasa di sebelah timur Danau Toba, dan sebagian Aceh. Akibat serangan Majapahit ke Sriwijaya, si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya, ditempatkan di Portibi, Padang Lawas, dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun).

Versi lain menyebutkan bahwa Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lainnya mengatakan Si Raja Batak datang dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.

Asal dan Arti Kata Batak

Ada berbagai pendapat mengenai asal dan arti kata Batak, menurut Ichwan Azhari, seorang Sejarawan dari Universitas Medan (Unimed) seperti dikutip oleh MedanBisnis pada tanggal 15 November 2010 diungkapkan bahwa istilah Batak sebagai sebutan terhadap etnis Batak ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri. Istilah itu diciptakan atau dikonstruksi oleh para musafir barat dan kemudian dikukuhkan oleh misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak pada 1860-an.

Ichwan yang melakukan penelitian pada arsip misionaris di Wuppertal, Jerman, sumber-sumber lisan dan tertulis terutama di dalam pustaha (tulisan tangan asli Batak), arsip KITLV di Belanda, mewawancari sejumlah pakar ahli Batak di Belanda dan Jerman, seperti Johan Angerler dan Lothar Schreiner, Ia juga meneliti pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik.

Namun hasil penelitian tersebut mendapatkan tanggapan negatif dari kalangan Orang Batak sendiri karena sebagaimana lebih lanjut diungkapkan oleh Ichwan, kata Batak dahulu sering kali diartikan negatif sebagai penduduk yang tinggal di rimba pedalaman.

Sedangkan pada versi lain berdasarkan penelitian, Batak diartikan sebagai orang yang pandai berkuda. Pada umumnya kata Batak meyiratkan definisi-definisi tentang keberanian atau keperkasaan. Sebab menurut Amborsius Hutabarat dalam sebuah catatannya di surat kabar Bintang Batak tahun 1938 menyimpulkan, pengertian Batak sebagai orang yang mahir menaiki kuda memberi gambaran pula bahwa suku itu dikenal sebagai suku yang memiliki jiwa keras, berani, perkasa. Kuda merupakan perlambang kejantanan, keberanian di medan perang, atau kegagahan dalam menghadapi bahaya/rintangan.

Di Pilipina konon ada satu pulau yang bernama Batac (huruf “c” dibelakang). Di pulau itulah terdapat masyarakat yang banyak memiliki persamaan budaya dan bahasa dengan orang Batak Toba di Sumatera Utara. Konon pengertian kata “batac” di sana juga mencerminkan makna sesuatu yang kokoh, kuat, tegar, berani, perkasa? Seperti pernah diturunkan dalam satu tulisan di media Liputan Bona Pasogit beberapa waktu lalu, orang Pilipina terutama yang berasal dari kawasan daerah Batac di sana, merasa berada di negaranya saat berkunjung ke Sumatera Utara. Mereka menemukan pula sejumlah perkataan yang sebutan dan artinya sama dengan yang ada di negaranya. Misalnya kata “mangan” (makan), “inong” (inang), “ulu” (kepala), “sangsang” (daging babi cincang dimasak pakai darahnya) dan banyak lagi.

Apakah ada pula hubungan kata Batak dengan “batu bata” atau batako (batu yang dibuat persegi empat memakai semen) yang digunakan untuk bangun-bangunan? Belum diketahui persis. Tapi arti kata “batu bata” dari “batako” juga dilukiskan sebagai bermakna kuat, kokoh, tahan lama. Sehingga bisa juga mendekati pengertian Batohan pada bahasa Simalungun.

2. Sejarah Berdasarkan Cerita / Mitos

Cerita-cerita ataupun mitos mengenai asal dari Si Raja Batak ini mempunyai banyak versi namun pada dasarnya mempunyai kesamaan dan disebut sebagai legenda Pusuk Buhityang dikisahkan sebagai berikut :
Konon di atas langit (banua ginjang, nagori atas) adalah seekor ayam bernama Manuk Manuk Hulambujati (MMH) berbadan sebesar kupu-kupu besar, namun telurnya sebesar periuk tanah. MMH tidak mengerti bagaimana dia mengerami 3 butir telurnya yang demikian besar, sehingga ia bertanya kepada Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta) bagaimana caranya agar ketiga telur tersebut menetas.

Mulajadi Na Bolon berkata, "Eramilah seperti biasa, telur itu akan menetas!" Dan ketika menetas, MMH sangat terkejut karena ia tidak mengenal ketiga makhluk yang keluar dari telur tersebut. Kembali ia bertanya kepada Mulajadi Nabolon dan atas perintah Mulajadi Na Bolon, MMH memberi nama ketiga makhluk (manusia) tersebut :

Yang pertama lahir diberi nama TUAN BATARA GURU
Yang kedua OMPU TUAN SORIPADA
Yang ketiga OMPU TUAN MANGALABULAN
Ketiganya adalah lelaki.

Setelah ketiga putranya dewasa, ia merasa bahwa mereka memerlukan seorang pendamping wanita. MMH kembali memohon dan Mulajadi Na Bolon mengirimkan 3 wanita cantik:

SIBORU PAREME untuk istri Tuan Batara Guru, yang melahirkan 2 anak laki laki diberi nama TUAN SORI MUHAMMAD, dan DATU TANTAN DEBATA GURU MULIA dan 2 anak perempuan kembar bernama SIBORU SORBAJATI dan SIBORU DEAK PARUJAR.

Anak kedua MMH, Tuan Soripada diberi istri bernama SIBORU PAROROT yang melahirkan anak laki-laki bernama TUAN SORIMANGARAJA

Anak ketiga, Ompu Tuan Mangalabulan, diberi istri bernama SIBORU PANUTURI yang melahirkan TUAN DIPAMPAT TINGGI SABULAN.

Dari pasangan Ompu Tuan Soripada-Siboru Parorot, lahir anak ke-5 namun karena wujudnya seperti kadal, Ompu Tuan Soripada menghadap Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta). "Tidak apa apa, berilah nama SIRAJA ENDA ENDA," kata Mulajadi Na Bolon. Setelah anak-anak mereka dewasa, Ompu Tuan Soripada mendatangi abangnya, Tuan Batara Guru menanyakan bagaimana agar anak-anak mereka dikawinkan.

"Kawin dengan siapa? Anak perempuan saya mau dikawinkan kepada laki-laki mana?" tanya Tuan Batara Guru.

"Bagaimana kalau putri abang SIBORU SORBAJATI dikawinkan dengan anak saya Siraja Enda Enda. Mas kawin apapun akan kami penuhi, tetapi syaratnya putri abang yang mendatangi putra saya," kata Tuan Soripada agak khawatir, karena putranya berwujud kadal.

Akhirnya mereka sepakat. Pada waktu yang ditentukan Siboru Sorbajati mendatangi rumah Siraja Enda Enda dan sebelum masuk, dari luar ia bertanya apakah benar mereka dijodohkan. Siraja Enda Enda mengatakan benar, dan ia sangat gembira atas kedatangan calon istrinya. Dipersilahkannya Siboru Sorbajati naik ke rumah. Namun betapa terperanjatnya Siboru Sorbajati karena lelaki calon suaminya itu ternyata berwujud kadal.

Dengan perasaan kecewa ia pulang mengadu kepada abangnya Datu Tantan Debata.
"Lebih baik saya mati daripada kawin dengan kadal," katanya terisak-isak.

"Jangan begitu adikku," kata Datu Tantan Debata. "Kami semua telah menyetujui bahwa itulah calon suamimu. Mas kawin yang sudah diterima ayah akan kita kembalikan 2 kali lipat jika kau menolak jadi istri Siraja Enda Enda."

Siboru Sorbajati tetap menolak. Namun karena terus-menerus dibujuk, akhirnya hatinya luluh tetapi kepada ayahnya ia minta agar menggelar "gondang" karena ia ingin "manortor" (menari) semalam suntuk.
Permintaan itu dipenuhi Tuan Batara Guru. Maka sepanjang malam, Siboru Sorbajati manortor di hadapan keluarganya.

Menjelang matahari terbit, tiba-tiba tariannya (tortor) mulai aneh, tiba-tiba ia melompat ke "para-para" dan dari sana ia melompat ke "bonggor" kemudian ke halaman dan yang mengejutkan tubuhnya mendadak tertancap ke dalam tanah dan hilang terkubur!

Keluarga Ompu Tuan Soripada amat terkejut mendengar calon menantunya hilang terkubur dan menuntut agar Keluarga Tuan Batara Guru memberikan putri ke-2 nya, Siboru Deak Parujar untuk Siraja Enda Enda.

Sama seperti Siboru Sorbajati, ia menolak keras. "Sorry ya, apa lagi saya," katanya.

Namun karena didesak terus, ia akhirnya mengalah tetapi syaratnya orang tuanya harus menggelar "gondang" semalam suntuk karena ia ingin "manortor" juga. Sama dengan kakaknya, menjelang matahari terbit tortornya mulai aneh dan mendadak ia melompat ke halaman dan menghilang ke arah laut di benua tengah (Banua Tonga).

Di tengah laut ia digigit lumba-lumba dan binatang laut lainnya dan ketika burung layang-layang lewat, ia minta bantuan diberikan tanah untuk tempat berpijak.

Sayangnya, tanah yang dibawa burung layang-layang hancur karena digoncang NAGA PADOHA.
Siboru Deak Parujar menemui Naga Padoha agar tidak menggoncang Banua Tonga.

"OK," katanya. "Sebenarnya aku tidak sengaja, kakiku rematik. Tolonglah sembuhkan."

Siboru Deak Parujar berhasil menyembuhkan dan kepada Mulajadi Na Bolon dia meminta alat pemasung untuk memasung Naga Padoha agar tidak mengganggu. Naga Padoha berhasil dipasung hingga ditimbun dengan tanah dan terbenam ke benua tengah (Banua Toru). Bila terjadi gempa, itu pertanda Naga Padoha sedang meronta di bawah sana.

Alkisah, Mulajadi Na Bolon menyuruh Siboru Deak Parujar kembali ke Benua Atas. Karena lebih senang tinggal di Banua Tonga (bumi), Mulajadi Na Bolon mengutus RAJA ODAP ODAP untuk menjadi suaminya dan mereka tinggal di SIANJUR MULA MULA di kaki gunung Pusuk Buhit. Dari perkawinan mereka lahir 2 anak kembar :

RAJA IHAT MANISIA (laki-laki).
BORU ITAM MANISIA (perempuan).

Tidak dijelaskan Raja Ihat Manisia kawin dengan siapa, ia mempunyai 3 anak laki laki:
RAJA MIOK MIOK.
PATUNDAL NAK BEGU
AJI LAPAS LAPAS

Raja Miok Miok tinggal di Sianjur Mula Mula, karena 2 saudaranya pergi merantau karena mereka berselisih paham. Raja Miok Miok mempunyai anak laki-laki bernama ENGBANUA, dan 3 cucu dari Engbanua yaitu:
RAJA UJUNG.
RAJA BONANG BONANG.
RAJA JAU.

Konon Raja Ujung menjadi leluhur orang Aceh dan Raja Jau menjadi leluhur orang Nias. Sedangkan Raja Bonang Bonang (anak ke-2) memiliki anak bernama RAJA TANTAN DEBATA, dan anak dari Tantan Debata inilah disebut SI RAJA BATAK, YANG MENJADI LELUHUR ORANG BATAK DAN BERDIAM DI SIANJUR MULA MULA DI KAKI GUNUNG PUSUK BUHIT!
Share this article :
5 Comments
Tweets
Komentar

5 komentar:

  1. kita harus mengetahui dan menyimpan sejarah sejarah seperti ini karena sangat penting agar anak cucu di masa depan juga mengerti dan memahaminya

    BalasHapus
  2. Terima kasih infonya gan.....
    infonya sangat bermamfaat.....
    salam kenal dan salam sukses..
    mantap......

    BalasHapus
  3. BANGSO BATAK NAULI: Sedikit komentar sian sikkola gerep,bukan untuk mengubah pendapat saudara-saudara kita yang lebih dulu mengetahui Sejarah Bangso Batak. Kalau kita menghayati cerita ini, inilah yang dikatakan cerita dongeng. SEJARAH BANGSO BATAK, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih. LEGENDA itu biarlah tetap menjadi LEGENDA,TURI-TURIAN itu biarlah tetap menjadi TURI-TURIAN, SEJARAH itu biarlah tetap menjadi SEJARAH. JANGAN KITA JADIKAN YANG TIGA INI MENJADI SATU MITOS YANG TIDAK PERNAH UJUT/NYATA/TARIDA TU PAMERENGON NI JOLMA/MANUSIA. TIGA UNSUR MENJADIKAN MANUSIA AGUNG SESUAI DI JAMANNYA,INILAH MULANI SI RAJA BATAK. MARMULA SIAN NATOLU HARAJAON,MANJADI SADA HARAJAON,sesuai dengan KEJADIAN. JADI MA HO NATIUR JADI TIURMA TUTU,LEGENDA dan turi-turian ni MATANIARI.. ..... LEGENDA dan turi ni BULAN....... LEGENDA dan turi-turian ni BINTANG. ...... MENJADI SATU DUNIA. 1 HARAJAON NI BANUA GINJANG, MULAJADI NABOLON. 2 HARAJAON NI BANUA TONGA....... HARAJAON NI BANUA TORU.......inilah mula ni HABATAHON,MULANI BANGSO BATAK MARHAPORSEAON TU OPPUTTA MULAJADI NA BOLONI, SITOPPA SALUHUT PANGISI NI PORTIBION. SI RAJA BATAK tidak pernah bimbang, tidak pernah risau,tidak mau kalah,dan tidak mau MENANG. ....... Marhite Parulaon Dohot Pangalaho ni jolma ido na patuduhon,Naroa dohot na Denggan. Saya sangat mengharap balasan sian dongan namangantusi,dohot na hurang mangantusi,asa unang lulu-lulu hita sian dia do mulani BANGSO BATAK. Horas... ma hita saluhutna Bangso Batak Nauli.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Support : Pomparan Op.Sondang | berdbord | Frans Siregar
Copyright © Jan 2013. POMPARAN OP. SONDANG SITORUS - All Rights Reserved
Template Design by berdbord Published by Pomparan Op.Sondang