"Alay". Sampai saat ini tidak ada definisi yang pasti
tentang apa dan siapa itu alay. Alay merupakan kata yang tercipta di
saat sekarang sehingga tidak akan ada di kamus besar bahasa Indonesia.
Sebagian orang mendefinisikan Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah
lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang menghubungkannya dengan anak
JARPUL (Jarang Pulang). Namun lagi-lagi secara pasti darimana asal kata
alay itu. Alay muncul pertama kali dan disebarluaskan oleh salah satu forum di dunia maya.
Orang-orang menyebut alay pada orang-orang yang bertingkah laku norak
yang kebanyakan adalah remaja kalangan menengah kebawah.
Tingkah laku
norak ini salah satunya adalah:
Mengetik dengan pemilihan huruf dan format yang tidak wajar, misalnya:
* Mengganti-ganti huruf dengan karakter lain misalnya, huruf “i”
diganti dengan “1? atau “!”, huruf “e” diganti “3? dan sebagainya.
* Menggunakan huruf besar kecil, yang acak, gak sesuai dengan EYD yang benar, misalnya “nAMa sAyA bLa bla bLa….”
* Mengganti huruf dengan huruf lain agar terlihat lebih imut, misalnya
“sayang” menjadi “cayaank”, “maaf” menjadi “muuph”, dan sebagainya.
* Menulis dengan bahasa inggris tapi dengan ejaan yang sudah
dimodifikasi supaya lebih imut. misalnya “love” menjadi “loppphh”, dan
sebagainya.
Fenomena Alay pun sangat cepat menyebar melalui situs jejaring social berkelas Facebook.
Penyebaran itupun sudah masuk kedalaman tatanan komunitas khususnya
Orang Batak. Virus Alay begitu dasyat serang Orang Batak khususnya Boru Batak, Diantara usia remaja dan dewasa yang menuliskan marga dengan mengetik dan memilih huruf dengan format yang tidak wajar.
Berikut fenomena penulisan Marga Batak yang terserang virus Alay di jagad sosial online Facebook:
Shetwomorank, MaNic, Zinoerat, Turniep, Mhanick, S’moraQir,
Zhedabhoetar, Sheallagan, Shitumorang, Cinagae, ChagaLa, Cii Rait, She
Tompoel, C Tomful, Chidabutar, Shijhabat, SheNaga, Ciie Hotangzz,
Mhalaoezt, Cinoeratz, Zhenaga, Punkgabean, Sheombing, Chedaboetar,
Shetoruz, Shetwomorank, Cyzabath, Zhedabhoetar, Cinagae, Sci Daboetar,
Ximbholon, Cie Allagan, chehalohoo, Cytoruz, Chetoank, Zimbolone, dan
masih banyak lagi.
Sudah tentu penulisan marga diatas tidak sesuai lagi dengan makna
sebenarnya. Selain memudarkan makna yang sebenarnya cara penulisan alay
seperti ini hanya memiliki segi negatif, membuat orang yang membaca
“sakit mata”, dan harus berjuang ekstra keras hanya untuk memahami
bacaannya, serta menyita waktu untuk mengejanya.
Marga bagi orang Batak
adalah nama persekutuan dari orang-orang bersaudara, sedarah,
seketurunan menurut garis bapak (pria, laki-laki). Misalnya saja: Jegez Sidabutar.
Jegez adalah nama kecil yang mewakili personal nama pribadi, sedangkan
untuk sebutan Sidabutar adalah nama warisan yang wajib diterima semasa
ia masih dalam kandungan ibunya, yaitu nama kesatuan atau persekutuan
keluarga besar Sidabutar yang selanjutnya akan diteruskan kepada
keturunannya secara terus menerus.
Marga yang diwariskan oleh lelulur orang Batak sejak
dulu adalah bertujuan membina kekompakan dan solidaritas sesama anggota
marga sebagai keturunan dari satu leluhur. Walau pun keturunan suatu
leluhur pada suatu ketika mungkin akan terbagi atas marga-marga cabang,
namun sebagai keluarga besar, marga-marga cabang tersebut akan selalu
mengingat kesatuannya dalam marga pokoknya. Dengan adanya keutuhan
marga, maka kehidupan sistem kekerabatan Dalihan Natolu akan tetap lestari.
Selain hanya akan merusak tatanan bahasa Indonesia nantinya juga akan
mewariskan kesalahan bagi anak cucu kita jika tetap dipertahankan. Oh
ya, jika virus alay tetap bertahan sampai kapanpun pencarian teman
sejawad, teman sekolah, saudara dan teman sekampung tidak akan pernah
dikenali oleh Fhes buQ!